Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang menempuh atau menjalani pendidikan di perguruan tinggi. Mereka yang terdaftar di perguruan tinggi disebut sebagai mahasiswa. Keberadaan mahasiswa untuk menorehkan catatan sejarah dari berbagai negara terkhusus Indonesia memiliki peran yang cukup penting. Misalnya pada 19 Mei 1998 yang mana pada saat itu mahasiswa berhasil menduduki gedung DPR/MPR menuntut Presiden Soeharto untuk mundur.
Mahasiswa juga sebagai pelaku utama sekaligus agent of change dalam mengaktualisasi ide-ide yang ada dalam pikiran serta menjadi sebab munculnya gerakan-gerakan moral. Bahasa sederhananya, mahasiswa merupakan sekumpulan intelektual yang memandang sesuatu dengan pikiran positif, jernih, kritis yang bertanggung jawab. Secara moril mahasiswa dituntut untuk tanggung jawab terhadap tugas akademisnya dalam menghasilkan buah karya yang bisa bermanfaat bagi banyak orang. Karya bukan hanya bersempel buku tapi juga karya pikiran ide mahasiswa yang dituangkan dalam forum itu juga termasuk bagian dari karya.
Budaya akademis mahasiswa itu adalah forum diskusi. Lewat diskusi itulah yang kerap dinamakan forum akademis, sebelum masuk ke forum akademis biasanya mahasiswa membawa bekal dengan membaca beberapa buku sebagai bahan dasar argumentasi mereka ketika di forum nanti. Di forum diskusilah ide-ide mahasiswa dituangkan dan diutarakan. Lewat forum diskusilah mahasiswa bisa menuangkan segala idenya tanpa takut adanya intervensi dari mahasiswa lain. Tidak ada manusia yang boleh mengintervensi, karena mahasiswa adalah manusia merdeka.
Wadah berproses mahasiswa sangatlah beragam, ada yang berproses di Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa), Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus (Ormek), Volunter atau relawan, dan masih banyak lagi. Wadah-wadah itulah yang menampung segala bentuk ide dan pemikiran yang cemerlang untuk mencapai suatu tujuan dalam setiap organisasi. Organisasi yang sehat adalah organisasi yang sepenuhnya dilakukan atas dasar pelaku organisasi. Ada yang namanya Organisasi Toxic ialah organisasi yang di dalamnya masih ada intervensi senior. Senior dalam konteks ini ialah senior yang ikut campur Program Kerja (Proker), banyak omong tapi minim aksi, serta merasa dirinya sudah demisioner tapi tidak merangkul adek-adeknya.
Senioritas merupakan hal yang tak bisa kita pungkiri dalam berorganisasi, tak terkecuali pada Perguruan Tinggi yang syarat kita temui pada organisasi kemahasiswaan. Sebetulnya mahasiswa juga membutuhkan senior-senior ulung yang telah melalang buana berproses dan melewati dinamika dunia kampus dan pergerakan mahasiswa terlebih dahulu. Tetapi jangan sampai senior itu membatasi ide dari pikiran-pikiran cemerlang pengurus yang mana masih punya kewajiban dalam organisasi. Kita butuh senior untuk waddah bertukar pikiran, ide, dan gagasan. Bukan mengintervensi gagasan dan ide dari junior yang sedang berproses di dalamnya.
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah salah satu wadah yang telah berhasil mencetak kader-kadernya untuk terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah Swt. Seperti karya dari A Fuadi yang berjudul “Merdeka Sejak Hati” ada pesan tersirat dalam judul tersebut bahwa kita sudah semestinya merdeka dalam pikiran. Berpikir secara bebas dan bebaslah dari pikiran sendiri. Hakikat merdeka dalam bahasa Melayu, kata ‘merdeka’ berarti bebas dan tidak terikat. Kader HMI diajarkan untuk memiliki independensi, gunakan independensi itu mulai dari sejak dalam pikiran. Mahasiswa terkhusus kader HMI harus mulai mengerti bahwa senior-senior yang hadir dengan membawa kepentingan itu ibarat parasit yang mengukung dalam tubuh organisasi mahasiswa Islam. Senior yang masih berprinsip “ke-aku-an” harus disadarkan supaya racun tidak menyebar dan menjadi daging.
Melalui tulisan ini, penulis berasumsi bahwa tidak sedikit gerakan ide organisasi kemahasiswaan masih acap kali terkungkung di bawah kaki senior yang menginginkan kepentingan mereka akan segera terwujud. Mahasiswa organisatoris harus sadar akan hal ini, mahasiswa harus lebih selektif mencerna masukan senior agar bisa disaring dan dipilah mana yang baik dan mana yang kurang baik. Menurut penulis, organisasi mahasiswa Islam masih amat membuka pintu untuk menerima dan merawat senior yang terlalu meng-aku-kan diri. Senior-senior yang terlalu mengintervensi dan menjajah idealisme mahasiswa bagai bak parasit yang terkungkung dalam tubuh organisasi mahasiswa Islam. Seperti halnya penjajah yang membawa janji manis di awal yang kemudian hari berubah menjadi momok yang menakutkan bagi suatu bangsa. Maka senior toxic ini juga hadir ke organisasi mahasiswa Islam dengan janji retorika apik, lalu kemudian menjadi kungkungan dalam melakukan pergerakan.
Oleh: Rahmat Setiawan
Kabid PTKP Komisariat Iqbal
0 Komentar