Foto Gus Muh (kanan) saat mengisi materi dalam acara September Hitam, Senin (30/09/2024). (Komiq/Irbah).
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Korkom Walisongo Semarang menggelar diskusi interaktif dengan tema "Menolak lupa September Hitam" sebagai panggung perlawanan di Kampus 2 UIN Walisongo, Senin (30/09/2024).
Diskusi dihadiri oleh Muhiddin M. Dahlan, penulis buku Kronik Penculikan Aktivis dan Kekerasan Negara 1998 dan Yunda Indah, ketua umum Kohati Badko Jateng-DIY sebagai pemantik isu kepererempuanan. Sedangkan kepala bidang PTKP HMI Cabang Semarang, Kanda Eka Mulyo Yunus, bertindak sebagai moderator.
Kegiatan ini adalah hasil kolaborasi bidang PTKP selingkup Korkom Walisongo. Acara dibuka dengan acara seremonial dan sambutan dari beberapa pihak, diawali dengan ketua panitia, Kanda Rachmat Setiawan yang mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terlibat dalam berjalannya acara ini. Sambutan juga diberikan oleh perwakilan dari Korkom Walisongo melalui Kanda Nayaka Yoga dan perwakilan dari Bidang PTKP Cabang Semarang. Setelah serangkaian acara seremonial berakhir dengan dibacakannya doa, diskusi pun dimulai.
Menurut Muhiddin setidaknya ada tiga
tragedi yang terjadi pada September
hitam yaitu, pembantaian Tanjung Priok 14 September 1984 yang ada kaitanya
dengan HMI, tragedi 1965 yaitu penculikan dan pembunuhan 7 jenderal AD dan
kasus pembunuhan aktivis HAM Indonesia, Munir Said Tholib yang kasusnya tidak
pernah diusut tuntas oleh negara.
Diskusi ini digelar bertujuan untuk merawat ingat peristiwa yang pernah terjadi dan menyuarakan belum adanya ketidakadilan di negara Indonesia.
Indah, sebagai pemateri tentang isu kepererempuanan mengatakan bahwa kasus kekerasan terutama kekerasan pada perempuan hampir ada di setiap bulannya tidak sebatas pada bulan September saja. Kasus kekerasan pada perempuan lebih banyak terjadi karena minimnya pendidikan yang dimiliki oleh sang korban, maka dari itu perlu bagi setiap perempuan untuk memiliki pendidikan agar tidak mudah lecehkan oleh kaum laki-laki.
Diskusi interaktif yang berlangsung lebih membahas kasus Munir sebagai korban pembunuhan yang terencana oleh negara, yang banyak dibahas di media sosial terkini, terutama mempelajari karakter dari seorang Munir dan jejak juangnya.
"Munir adalah orang yang zuhud dan sangat pemberani meskipun yang dilawan adalah Kopassus" terang Muhiddin.
Sedangkan menurut Indah untuk melahirkan Munir-Munir selanjutnya, maka perlu memulai pada diri kita untuk peduli pada isu-isu ketidakadilan.
Oleh :Irbah Fatin Nur Aliyyah
0 Komentar