Ramadhan Sebagai Bulan Literasi




 Oleh: Zahrotul Muniroh

Sungguh ironis sekali jika Indonesia dengan jumlah penduduk paling banyak ke-4 di dunia berada di tingkatan sangat rendah dalam hal litersi. Hal tersebut menunjukkan bahwa minat baca bangsa Indonesia sangat rendah dan tentunya juga berdampak pada kualitas penduduknya.

 Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 Negara berkaitan dengan tingkat literasi, atau berada 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.

Namun tanpa kita sadari bahwa ternyata minat baca bangsa Indonesia mengalami peningkatan disaat bulan Ramadhan, sehingga bulan Ramadhan disebut sebagai bulan literasi. Sebagaimana ayat al-Qur’an yang pertama kali turun yaitu surah Al-Alaq ayat 1-5 yang memerintahkan manusia untuk membaca dan menulis. Melalui ayat itu bisa kita pahami bahwa literasi umat islam yang paling utama adalah literasi al-Qur’an, namun tidak berhenti pada membacanya saja. Selain membaca, kita juga perlu untuk memahami makna yang terkandung di dalamnya baik itu secara tersirat maupun tersurat, sehingga kita dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Umumnya, orang memiliki target tersendiri di bulan Ramadhan. Ada yang membuat target 1 hari 1 juz atau istilah kerennya “one day one juz”. Ada juga yang membuat target 1 hari 2 juz dengan hitungan dua kali khatam di bulan Ramadhan dan ada juga yang membuat target satu minggu khatam satu kali. Mereka berlomba-lomba membaca dan mengkhatamkan al-Qur’an sebanyak-banyaknya. Hal tersebut menjadi ciri khas tersendiri bagi umat islam terkhusus di bulan Ramadhan.

Selain secara tekstual, kita juga diajarkan literasi secara kontekstual, yaitu kita belajar memahami kondisi social masyarakat. Di bulan Ramadhan, banyak dari saudara kita yang berbagi sedekah kepada orang yang tidak mampu, bagi-bagi takjil, dan kegiatan berbagi lainnya yang justru hal tersebut perlu untuk kita perhatikan dan pertahankan. Secara tidak sadar, kegiatan tersebut terjadi secara rutin di bulan Ramadhan.

Perlu kita tahu juga bahwa di bulan Ramadhan, Allah menurunkan semua kitabnya. Menurut suatu hadits Riwayat Ahmad menjelaskan bahwa Shuhuf Ibrahim diturunkan pada malam pertama bulan Ramadhan, Taurat diturunkan setelah enam hari berlalu dari Ramadhan, Injil setelah 13 hari berlalu dari Ramadhan, dan Alquran diturunkan setelah berlalu 24 hari dari Ramadhan.

Banyak terjadi perdebatan mengenai malam turunnya al-Qur’an. Menurut hadits diatas, al-Qur’an turun pada malam 24 Ramadhan. Namun ada juga yang mengatakan bahwa al-Qur’an turun pada malam 17 Ramadhan yabng biasa disebut dengan malam Nuzulul Qur’an.

Terlepas dari berbagai perbedaan pendapat mengenai malam turunnya al-Qur’an, perlu kita tahu bahwa malam turunnya al-Qur’an adalah malam Lailatul Qadar, malam yang sangat mulia. Di malam itu, semua orang berlomba-lomba dalam beribadah guna mendaoatkan keberkahan di malam tersebut, karena segala perkara manusia diputuskan pada malam itu.

Dari berbagai realita yang terjadi di bulan Ramadhan, tidak diragukan lagi bahwa bulan Ramadhan adalah bulan literasi terutama bagi umat islam sendiri. Namun seharusnya, kegiatan-kegiatan yang mengarah pada literasi itu bisa kita pertahankan dan kita lestarikan di bulan-bulan selain bulan Ramadhan. Sehingga tingkat literasi atau minat baca bangsa Indonesia dengan mayoritas jumlah penduduknya, bisa mengalami peningkatan yang juga akan berpengaruh pada kualitas penduduk Indonesia itu sendiri.


Posting Komentar

0 Komentar