Oleh: Akbar Wafiq, kader HMI Komisariat Iqbal 2021
Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan dengan sebaik-baik ciptaan. Sebagaimana firman Allah dalam QS. at-Tin: 4
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ
"Sunguh, kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."
Diantara kesempurnaan yang Allah ciptakan kepada manusia adalah hati dan akal, yang berfungsi untuk menentukan suatu keputusan yang hendak dipilih manusia. Akal/pikiran adalah fitrah yang Allah berikan kepada manusia untuk menentukan sesuatu.
فَاَلۡهَمَهَا فُجُوۡرَهَا وَتَقۡوٰٮهَا
"Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya."
Dengan akal tadinya kita memilih sesuatu antara hal kebaikan (taqwa) dan keburukan. Dan secara definisi, akal lebih cenderung kepada rasional dan praktis. Sementara hati adalah satu organ pada manusia yang apabila ia baik, maka baiklah seluruh amalnya, dan apabila ia buruk, maka buruk jua seluruh amalannya. Hati juga cenderung bersifat tidak menetap pendirinya, sehingga dalam doa sering dimintakan.
"Wahai sang membolak-balik hati , tetapkan lah hati kami kepada agama , ketaatan, dan cinta kepada-Mu, Allah".
Manusia yang berkerja dengan hati akan cenderung melakukan nya dengan perasaan. Hati dan pikiran adalah 2 penasehat, meskipun terkadang berbeda pendapat. Karena mereka memainkan perannya sesuai dengan caranya masing-masing. Jikalau ada suatu permasalahan yang dihadapi oleh manusia, maka keputusan yang akut, akurat, dan tepat adalah mengkolaborasikan antara hati dan pikiran. Sehingga mampu bersatu dan bekerjasama, agar keputusan yang di pilih tidak penuh ketimbangan.
0 Komentar