Laksamana Malahayati: Perempuan dan Perjuangan

 


Belajar dari tokoh perempuan dengan julukan Laksamana Malahayati, membuktikan bahwa seorang perempuan tidak hanya berdaya dalam ranah domestic saja, namun perempuan juga mampu ikut berperan aktif dalam ranah public. Bahkan lebih dari itu. Laksamana Malahayati adalah sosok yang memiliki peran besar untuk kemajuan dan keemasan kerajaan Aceh Darussalam pada saat itu. Bukan hanya sekedar ikut, melainkan ikut menyukseskan untuk kemajuan Kerajaan Aceh Darussalam.


Beliau juga disebut sebagai perempuan pertama di dunia yang menekuni dalam bidang pelayaran. Tak sering kita temui seorang perempuan yang mau menggeluti di bidang pelayaran sebagaimana Laksamana Malahayati. Bukan hanya sosok pemimpin di lndonesia, melainkan sosok pemimpin perempuan di dunia dan beliau mampu memimpin pasukan sebanyak 3.000 armada. Laksamana Malahayati adalah perempuan pertama kali yang mendapatkan pangkat Laksamana dan menjadi pemimpin pelayaran. Bukan hanya pelayaran saja, masih ada peran yang dilakukan oleh Malahayati di berbagai bidang yang pada umumnya orang menganggap perempuan tidak bisa menggeluti hal tersebut.


Memang sering kita menemukan anggapan bahwa perempuan tidak bisa menggeluti bidang yang umumnya hanya bisa dilakaukan oleh laki-laki saja. Tapi pada kenyataannya, banyak dari beberapa perempuan yang ada di dunia yang mampu menggeluti pekerjaan di bidang laki-laki yang salah satunya adalah Malahayati. Namun tidak semua laki-laki mampu mengerjakan pekerjaan di bidang perempuan. Hal tersebut bisa jadi disebabkan budaya patriarki yang masih merajalela dalam lingkungan masyarakat.


Pangkat yang dimiliki oleh Malahayati adalah karena latar belakang keluarganya yang juga menggeluti bidang tersebut. Karena ayah dan kakeknya adalah seorang pelaut, jadi sejak kecil ia ingin menjadi Laksamana. Ketika usia dewasa, ia memilih masuk ke angkatan perang, angkatan laut dan darat. Ia termotivasi untuk menjadi seorang laksamana, sehingga semangatnya masuk ke dalam kepribadiannya. Semangatnya adalah sebuah simbol yang kemudian menjadi sebuah harapan besar kedepannya.

Memang terkadang, latar belakang keluarga juga dapat mempengaruhi profesi seseorang. Namun, tak selamanya itu menjadi patokan yang kemudian hanya menimbulkan sifat pemalas pada diri seseorang. Apalagi jika kita berbicara tentang perempuan yang sering mendapat kendala untuk bisa memiliki dan mewujudkan ambisi yang besar sebagaimana laki-laki pada umumnya. Salah satu kendalanya adalah berasal dari latar belakang keluarga yang kurang mampu. Justru, mindset tersebut harus bisa dihilangkan dari benak seseorang, terutama perempuan sebagai agen penyokong pembangunan sebuah negara. Kalau orang tua kita bukan siapa-siapa, kewajiban kita adalah menjadi contoh untuk menjadi perbaikan agar generasi selanjutnya memiliki harapan yang besar. Dengan tekad yang kuat disertai ikhtiar tanpa henti, kemudian akan mampu menjadikan sosok perempuan yang notabennya berasal dari keluarga kurang mampu tersebut menjadi sosok yang sukses yang bisa berguna bagi kemajuan bangsa dan negara.


Kemudian di akademi tersebut, Malahayati bertemu dengan tuanku Mahmudin bin Sa’id yang kemudian menjadi suaminya. Ada Medan pertama yang dihadapi di selat Malaka. Salah satu orang yang bekerja sama dengan Sultan Alaudin adalah Tuanku Mahmudin bin Sa’id. Dalam medan pertempuran tersebut, Sultan Mahmudin bin Sa’id gugur. Namun, gugurnya sang suami justru menjadi semangat tersendiri bagi Malahayati untuk membalas dan melanjutkan perjuangan suaminya. Cinta membuat dia tetap semangat dan terus melanjutkan perjuangan, bukan malah membuatnya lemah.


Pergerakan Laksamana Malahayati juga ada di bidang militer. Dia termasuk seorang tokoh yang berani melawan Belanda. Salah satu bentuk keberaniannya adalah ia mampu membunuh pimpinan Belanda, Cornelis De Houtman. Dari kejadian tersebut, kemudian ia terkenal sebagai tokoh perempuan yang pemberani. Meskipun dia bukan orang yang hebat, belum tentu dia tidak bisa memainkan pedangnya. Hingga akhirnya, perjuangan Malahayati berhenti pada tahun 1906 saat melawan Portugis.

Berdasarkan kisah-kisah tentang Malahayati, dapat disaksikan bahwa bukan hanya laki-laki, tapi perempuan juga mampu mengerjakan kegiatan-kegiatan militer dan politik. Dengan berlandaskan kemauan dan kemampuan untuk menjadi agen perubahan yang mampu menjadi motivasi bagi generasi selanjutnya.

Oleh: Zahrotul Muniroh (Ketua Umum Kohati HMI Komisariat Iqbal 2022-2023)

(Tulisan ini sebelumnya sudah pernah diunggah di wabsite baladena.id)

Posting Komentar

0 Komentar