Nilai-nilai Agama Dalam Membangun Karakter Bangsa



     Menyoal mengenai karakter bangsa artinya berbicara mengenai karakter masyarakatnya. Bisa juga dikatakan karakter masing-masing individu yang menjadi warga negara dalam hal ini Indonesia. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh James Madison, salah satu peletak dasar konstitusi Amerika Serikat. James mengatakan bahwa “the character of a nation is determined by the character of its people” atau karakter yang dimiliki suatu bangsa ditentukan oleh karakter warga negaranya.

     Sebagai salah satu negara dengan berbagai macam agama. kehidupan warga negara Indonesia tidak bisa lepas dari kegiatan-kegiatan keagamaan. Terutama dalam hal ini Agama Islam yang prosentasenya mencapai 90% dari keseluruhan penduduk Indonesia. Tidak heran jika pendidikan agama dimasukkan dalam kurikulum belajar baik dari tingkat dasar hingga universitas. Hal ini tentu dilakukan secara sadar karena agama tidak bisa dilepaskan eksistensinya dari kehidupan sehari-hari.

     Agama membawa ajaran-ajaran yang didalamnya terdapat nilai-nilai moral yang mesti dijalankan oleh pemeluknya. Namun pada kenyataannya nilai-nilai ini tidak cukup kuat mengakar pada diri seseorang. Belakangan kita sering menemui kasus pelecehan seksual yang terjadi diberbagai tempat di Indonesia yang disiarkan melalui televisi-televisi lokal. Tidak hanya itu, banyaknya kasus pencurian, pembunuhan, korupsi yang semakin meraja lela, saling hujat di media sosial, dan masih banyak lagi menunjukkan citra moral seseorang yang buruk. Seolah-olah seseorang yang telah melakukan penyimpangan moral baik secara sadar maupun tidak seperti seseorang yang  tidak mempunyai pedoman dalam bertindak dan berbicara. Sepertinya bagi kebanyakan orang saat ini agama hanya dianggap sebagai suatu kepercayaan saja bahkan hanya sebagai formalitas semata.

     Agama tidak akan bisa musnah ataupun di musnahkan di muka bumi ini. Karena pada kenyataannya bagi sebagian orang, konsumsi supranatural menjadi kebutuhan tersendiri. Namun yang paling penting mengenai adanya agama adalah tentang karakter atau akhlak. Ahmad Tohari dalam buku yang berjudul Orang-orang Proyek mengatakan bahwa hadis yang berbunyi Muhammad sebagai Nabi tidak diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak manusia mempunyai makna yang mendalam. Kata kecuali dalam hal itu bisa saja berarti menafikan semua hal kecuali penyempurnaan akhlak tersebut. Itu artinya goal dari adanya agama adalah untuk penyempurnaan akhlak bagi pemeluknya.

     Kata sempurna menunjukan bahwa akhlak yang dimiliki seseorang sebelumnya buruk atau kalau boleh dikatakan amoral. Sehingga agama yang didalamnya membawa ajaran-ajaran yang tentunya baik untuk kemaslahatan umat ini menjadi sebuah nilai atau tolak ukur moral seseorang. Akan tetapi pada kenyataannya karakter yang terbentuk tidak benar-benar tertancap kuat dalam diri masing-masing individu. Apa yang menjadi pokok permasalahannya? Ajaran-ajaran agama yang tidak mampu membawa dirinya pada setiap insan? Ataukah agama yang kurang kuat dalam menentukan syariat-syariatnya? Tidak. Namun mengapa pendidikan agama tidak cukup mampu dalam menanamkan karakter individu?

Jurang Nilai Agama dan Realitas Sosial

     Hasan Langgunung seorang pakar Ilmu Pendidikan Islam mengibaratkan persoalan agama (islam) dengan ujung tungkul atas gunung es yang mengambang dan bersentuhan langsung dengan udara bebas. Dalam kondisi itulah nilai-nilai agama bertemu dengan berbagai macam pergolakan dan problematika realitas sosial yang didalamnya kita menemukan banyak pertentangan nilai.

     Dengan nilai-nilai dasar agama yang tidak kuat, seseorang dapat terjerumus kedalam jurang kenistaan. Hal inilah yang menyebabkan seseorang dapat melakukan suatu hal yang amoral dalam bertindak dan berbicara.

Mengembangkan Berpikir Kritis

     Salah satu cara agar tidak mudah bertolak belakang dari nilai-nilai agama adalah dengan cara mengembangkan sikap kritis. Kritis dalam hal ini bukan mengkritisi agama yang syariat-syariatnya bersifat qat’i atau pasti dan telah ditentukan. Namun mengkritisi realitas sosial yang terjadi di lingkungan sekitar untuk selanjutnya dibandingkan dengan nilai-nilai agama. Apakah hal itu termasuk bertentangan dengan nilai-nilai agama atau tidak. Kemudian seseorang dapat menentukan tindakan apa yang semestinya diambil dengan berfikir bijak dan tidak sembarangan sehingga terhindar dari perbuatan yang tidak baik.

     Di sekolah-sekolah kemampuan berpikir kritis ini ternyata tidak berkembang dengan cukup baik. Nilai-nilai agama hanya disampaikan tanpa mengkritisi keadaan sosial yang terjadi saat itu. Teori-teori agama hanya akan berkutat di pikiran para siswa tanpa di outputkan untuk kehidupannya.

     Kelemahan dalam berfikir kritis ini perlu segera diatasi mengingat nilai-nilai agama mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk karakter generasi bangsa yang sarat dengan keimanan yang kuat dan pribadi yang berakhlak karimah. 

Oleh: Utia Lil Afidah
Mahasiswi UIN Walisongo Semarang

     

Posting Komentar

0 Komentar