Oleh: Hanik As'adah
Ketua Umum Kohati HMI Komisariat Iqbal
Semakin majunya zaman, menuntut manusia untuk selalu dinamis dalam mengikuti arah gerak perkembangan. Upaya memutus jalan ketaqlidan selalu dilakukan demi terciptanya masyarakat yang berkemajuan. Menuju manusia yang berperadaban, maju dan mampu menghadapi tantangan di masa depan. Mampu mendobrak pintu kejahilan demi menemukan akal berlian, untuk mencerdaskan negara persatuan dengan cara menciptakan pahlawan tanpa tanda jasa, yaitu, guru.
Guru merupakan salah satu profesi yang sangat mulia. Karena jasanya dalam memberikan ilmu pengetahuan dan menghapus kebodohan para anak didiknya. Guru menjadi patokan dasar terciptanya generasi masa depan yang berperadaban. Tanpa guru, tak mungkin ada cendekiawan, profesor, presiden, ataupun yang lain. Guru adalah orang yang digugu dan ditiru. Tidak hanya sekedar didengar, tetapi juga diikuti apa yang telah didengar.
Namun, bagaimana dengan guru yang tidak mencerminkan sikap dan tindakan sebagaimana seorang guru? Seperti berita hangat yang dilansir dalam media IDNTIMES, seorang guru melakukan tindakan bejat perkosa atas 12 muridnya selama 5 tahun terakhir, terhitung mulai tahun 2016-2021 di Bandung, Jawa Barat. Bukan hanya sekedar guru biasa, tetapi meliliki title sebagai guru pesantren yang telah dipercaya kekuatan agamanya yang sangat kental. Sikap dan tindakan sehari-harinya harus tercerminkan di lingkungan pesantren. Namun apalah daya, nafsu telah menguasainya demi kepentingan pribadi. Apakah hal tersebut patut digugu dan ditiru?
Ini adalah tindakan yang sangat buruk, bahkan seburuk-buruk perbuatan. Seorang guru pesantren yang diyakini paham tentang ajaran agama, tetapi melakukan tindakan yang tidak ada bedanya dengan hewan, bahkan lebih buruk. Ucap Ketum Kohati HMI Komisariat Iqbal, Hanik As'adah.
Tindakan yang sangat mencemarkan nama baik dua oknum sekaligus, perempuan dan guru, dianggap telah melampaui batas. Tidak hanya perempuan yang merasa terdholimi, bahkan telah menginjak-injak derajat mulia seorng guru dan pesantren. Dimanakah akal guru itu disimpan? Tambah Hanik.
Melihat atas tindakan kejam yang dilakukan oleh seorang guru pesantren dan telah mencemarkan nama baik dua pihak sekaligus serta sangat melampaui batas, Hanik As'adah sangat kecewa atas tindakan pelaku pemerkosaan yang telah diperbuat kepada muridnya.
Perempuan patut dilindungi, bukan alat untuk melampiaskan hawa nafsu para lelaki. Perempuan punya harga diri. Berilah ruang ekspresi untuk para perempuan dalam lingkungan yang nyaman dan terhindar dari kasus pelecehan seksual. Biarkan perempuan menggapai cita-cita terbaiknya. Jangan putus tali masa depannya dengan tindakan-tindakan kriminal perusak masa depan. Pesan Ketum Kohati HMI Komisariat Iqbal.
0 Komentar