Oleh: Siti Yulianti
Kader HMI Komisariat Iqbal
Keluarga merupakan jiwa masyarakat dan pungungnya. Kesejahteraan lahir dan batin yang dinikmati oleh suatu bansa atau sebaliknya, kebodohan dan latar belakangnya adalah cerminan dari keadaan keluarga-keluarga yang hidup pada masyarakat bangsa tersebut. hal tersebut yang menjadi sebab sehingga agama islam memberikan perhatian yang sepadan dengan perhatiannya terhadap kehidupan individu serta kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Hal ini bisa ditemukan dalam puluhan ayat Al-qur’an dan ratusan hadist nabi Muhammad saw, petunjuk yang sangat jelas menyangkut hakikat tersebut. Allah swt menganjurkan agar kehidupan keluarga menjadi bahan pemikiran setiap insan dan hendaknya darinya dapat ditarik pelajaran berharga. Terkait dalam hal ini, Al-qur’an menegaskan dalam QS. Ar-Rum ayat 21 :
وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
Artinya :
Dan diantara tanda-tanda kebesaran Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu kasih sayang. Sungguh pada yang demikian itu , benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berfikir.
Penafsiran ayat menurut penafsiran Ath Thabari :
Dalam QS. Ar-Rum ayat 21, Allah berfirman bahwa diantara hujjah dan dakil lain yang menunjukkan kuasanya adalah Allah menciptakan pasangan untuk nabi adam dan dirinya (jenis manusia) agar ia tenang dan tenteram kepadanya. Penciptaan tersebut Allah menjadikan hawa dari tulang rusuk nabi adam. Oleh karena adanya hubungan pertalian pernikahan, Allah menjadikan kasih yang bisa membuat kalian saling mangasihi wanita (istri kalian) dan rasa sayang yang bisa membuat kalian saling menyayangi wanita (istri kalian). Di dalam kesemuanya itu terdapat ibrah dan nasihat untuk kaum yang mau berfikir akan dalil-dalil dan hujjah-hujjah yang menunjukkan kekuasaannya. Maka mereka akan tahu bahwa sesungguhnya Dialah Tuhan yang tidak terkalahkan oleh siapapun dan tidak ada yang bisa untuk menghalanginya ketia Dia melakukan sesuatu yang Dia kehendaki.
QS. An-Nahl ayat 72 :
وَاللّٰهُ جَعَلَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا وَّجَعَلَ لَكُمْ مِّنْ اَزْوَاجِكُمْ بَنِيْنَ وَحَفَدَةً وَّرَزَقَكُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِۗ اَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُوْنَ وَبِنِعْمَتِ اللّٰهِ هُمْ يَكْفُرُوْنَۙ
Artinya :
Dan Allah menjadikanmu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rizqi dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah.
Penafsiran ayat menurut tafsir At-thabari :
Dalam tafsir Ath-Thabari, menafsirkan surat An-Nahl ayat 72, maksud ayat itu adalah, Allah menjadikan untuk kalian, wahai manusia, “istri-istri dari jenis kamu sendiri”, Allah menciptakan dari adam istrinya, yaitu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu.” Penakwilan ini dijelaskan dalam riwayat berikut ini: Bisyr menceritakan kepada kami, ia berkata: Yazid menceritakan kepada kami, Sa‟id menceritakan kepda kami dari Qatadah, tentang firman Allah Swt: “Allah menjadikan istri-istri dari jenis kamu sendiri.” Maksudnya adalah, Allah menciptakan Adam, kemudian menciptakan istrinya darinya, kemudian menciptakan untuk kalian anak-anak dan cucu-cucu.
“Dan memberikan rizki dari yang baik-baik.” Maksudnya adalah, menganugerahkan kalian sumber kehidupan, rizki, dan kebutuhan pokok yang halal. Lalu, “Mengapa mereka beriman kepada yang bathil.” Maksudnya, Allah Ta‟ala berfirman, “para syaitan penolong mereka mengharamkan bahirah, sa‟ibah, dan washilah, lalu orang-orang menyekutukan Allah itu membenarkannya. “Dan mengingkari nikmat Allah?.” Maksudnya, mereka mengingkari hal-hal yang dihalalkan Allah dan dikaruniakan-Nya kepada mereka.
Islam merupakan agama yang tujuan utamanya adalah kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Islam sangat mementingkan pembinaan pribadi dan keluarga. Pribadi yang baik akan melahirkan keluarga yang baik. Begitu pula sebaliknya, pribadi yang buruk akan melahirkan generasi yang buruk pula. Dalam hal ini peran perempuan sangat berpengaruh sekali terhadap generasi berikutnya terutama dalam hal pendidikan. Banyak yang beranggapan bahwa pendidikan yang tinggi bagi perempuan itu tidak penting, karena pada ujungnya perempuan hanya bertempat di dapur, Kasur dan sumur. Anggapan seperti itu menurut saya pribadi sangat salah dalam memahami. Mengapa demikian? Karena tingkat pendidikan yang berbeda akan melahirkan generasi yang berbeda pula. Misal, apabila kita ada contoh antara si A dan si B. Masing-masing dari mereka pendidikan trakhirnya yaitu SD dan sarjana S2, pasti dalam mendidik pun caranya berbeda. Mereka hanya akan mengajarkan sesuatu yang mereka dapat sesuai dengan tingkat pendidikan yang mereka dapat. Bagaimana akan melahirkan generasi emas jika orang tuanya biasa-biasa saja.
Kiat-kiat Membina Keluarga Sakinah Mawaddah dan Rahmah
Kata sakinah dalam QS. Ar-Rum ayat 21 diatas di dalam Al-qur’an dan tafsirannya departemen agama ditafsirkan dengan cenderung dan tenteram. Dalam penjelasan tafsirannya, Al-qur’an dan tafsirnya departemen agama menguraikan penjelasan tentang mawaddah dan rahmah dengan dengan berbagai pendapat. Diantaranya, pendapat mujahid dan ikrimah yang berpendapat bahwa kata mawaddah adalah sebagai ganti dari kata “nikah” (bersetubuh) sedangkan kata rahmah sebagai kata ganti “anak”. Lalu bagaimana caranya supaya dalam sebuah keluarga itu terbina keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah? Dalam makalah ini, pemakalah akan mengungkapkan beberapa cara mengenai bagaimana caranya membina keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah,diantaranya sebagai berikut :
1. Memelihara rahasia
Hak laki-laki atas perempuan digambarkan dalam QS. An-Nisa ayat 34 sebagai berikut “…dan memelihara diri ketika suaminya tidak ada sebagaimana Tuhan telah memelihara mereka”.
فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ
Perempuan adalah pakaian untuk laki-laki. Sama dengan sebuah pakaian yang sangat dekat dengan laki-laki, maka perempuan pun sangat dekat dengan laki-laki. Suami dan istri adalah satu-satunya pasangan yang tidak memiliki rahasia, bahkan mengenai bagian-bagian yang tersembunyi diantara keduanya. Karena hubungan yang dekat ini, perempuan dapat memasuki semua rahasia laki-laki. Dia mengetahui fakta-fakta kehidupannya yang paling rahasia dan tersembunyi. Ini adalah keadaan yang sangat rumit. Setiap laki-laki mempunyai rahasia. Begitupun sebaliknya. Mereka tidak suka jika rahasianya dketahui oleh orang lain. Solusi yang ditawarkan oleh syariat islam adalah mewajibkan suami atau istri untuk menyimpan rahasia suami atai istrinya. Mereka tidak diperkenankan membuka rahasia pasangannya dalam keadaan apapun. Jika dalam hal ini ceroboh, maka hendaknya takut kepada Allah. Merupakan suatu fakta bahwa jika dua orang hidup bersama, maka tak heran jika muncul perbedaan dan keluh kesah. Perintah Al-qur’an tentang memelihara rahasia suami istri, meskipun seorang istri memendam rasa sakit hati kepada suaminya, tetap saja ia diharamkan untuk mengungkapkan rahasianya. Walaupun mereka berselisih, mereka tidak diperkenankan menceritakan kepada orang lain. Seorang istri adalah penjaga rahasia suaminya begitupun seorang suami adalah penjaga rahasia bagi istrinya sampai akhir hayat.
2. Perilaku yang Patut
Seorang laki-laki sudah seharusnya memperlakukan istrinya dengan baik. Sebagaimana tercantum dalam QS. An-Nisa ayat 19
وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ ۚ فَاِنْ كَرِهْتُمُوْهُنَّ فَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّيَجْعَلَ اللّٰهُ فِيْهِ خَيْرًا كَثِيْرًا
Artinya :
…dan pergaulilah mereka dengan baik, jika kalian tidak menyukai mereka , maka boleh jadi kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak baginya.”
Ayat ini menunjukkan bahwa laki-laki diwajibkan untuk memperlakukan perempuan dengan lembut, bukan saja dalam keadaan senang tetapi juga dalam keadaan duka. Laki-laki harus bersikap baik kepada istrinya, baik dia menyenangkan atau tidak. Perintah bersikap lemah lembut terhadap perempuan sedemikian pentingnya sehingga sikap ini dianggap sebagai syarat esensial untuk bisa mempunyai istri lebih dari satu. Artinya, izin untuk mempunyai istri lebih dari satu hanya diberikan kepada mereka yang dapat memperlakukan istri-istrinya dengan lemah lembut atau secara adil. Sebagaiman tercantum dalam QS An-Nisa ayat 128 yang berbunyi :
وَاِنِ امْرَاَةٌ خَافَتْ مِنْۢ بَعْلِهَا نُشُوْزًا اَوْ اِعْرَاضًا فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَآ اَنْ يُّصْلِحَا بَيْنَهُمَا صُلْحًا ۗوَالصُّلْحُ خَيْرٌ ۗوَاُحْضِرَتِ الْاَنْفُسُ الشُّحَّۗ وَاِنْ تُحْسِنُوْا وَتَتَّقُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا
Artinya :
Dan jika seorang perempuan khawatir suaminya akan nusyuz atau bersikap tidak acuh, maka keduanya dapat mengadakan perdamaian yang sebenarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu memperbaiki (pergaulan dengan istrimu) dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap acuh tak acuh), maka sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
Kemudian dilanjut dengan ayat selanjutnya yaitu QS An-Nisa ayat 129 :
وَلَنْ تَسْتَطِيْعُوْٓا اَنْ تَعْدِلُوْا بَيْنَ النِّسَاۤءِ وَلَوْ حَرَصْتُمْ فَلَا تَمِيْلُوْا كُلَّ الْمَيْلِ فَتَذَرُوْهَا كَالْمُعَلَّقَةِ ۗوَاِنْ تُصْلِحُوْا وَتَتَّقُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
Artinya :
Dan kamu tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Ayat di atas begitu jelas mengenai penekanan terhadap perilaku suami terhadap istri, maka timbullah argument lain yang mengungkapkan “… jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil (terhadap mereka), maka (kawinilah) seorang saja”
Perintah Al-qur’an untuk berperilaku lemah lembut mencakup semua hal yang dituntut oleh sifat manusia dan semua hal yang dianggap penting oleh akal maupun syariat. Perlakuan yang baik inidianggap sangat penting menurut islam sampai nabi bersabda “ Orang yang terbaik diantara kalian adalah orang yang paling baik terhadap keluarganya”. (HR.Ibnu Majah)
3. Menerima dan Menyesuaikan Diri dengan Lingkungan Tempat Tinggal
Dalam hal ini, sebagai seorang suami dan istri harus menerima kehadiran, mencintai, menghargai, menjalin keluarga dan memperlakukan dengan baik. Menyesuaikan diri dengan keluarga berarti berusaha untuk dapat merasa aman, damai dan bahagia dalam hidup berumah tangga serta alam dan lingkungan tempat tinggal.
4. Memberi Nafkah
Di dalam rumah, laki-laki adalah pelindung (kepala keluarga). Tanggung jawab ini diberikan kepada laki-laki karena fisik laki-laki secra fitrah lebih kuat. Hal ini tidak berarti bahwa dia itu lebih utama daripada perempuan. Perempuan memiliki hak hukum atas nafkah yang menjadi tanggung jawab suaminya. Jika suaminya gagal dalam soal ini, perempuan bisa mendapatkannya melalui pengadilan. Sebagaimana tercantum dalam QS. An-Nisa ayat 34 yang berbunyi :
اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ
Artinya :
Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya.
Dalam tafsir at thabari dijelaskan bahwa seorang suami bertanggung jawab terhadap istrinya dalam mendidik dan mengarahkan untuk selalu taat dalam melaksanakan kewajibannya terhadap Allah dan dirinya. بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita). Dengan keutamaan yang Allah berikan kepada suami terhadap istri-istriya yang sudah memberikan mahar, serta memberikan nafkah dari harta-hartanya, yang demikian itu adalah keutamaan yang telah Allah berikan terhadap suami.Oleh sebab itu Allah jadikan mereka pemimpin bagi istri-istrinya. Lafadz وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ yaitu atas apa yang telah suami berikan dari mahar-mahar dan dari kewajiban nafkah.
5. Pendidikan Yang Seimbang
Rumah tangga yang baik diciptakan oleh orang-orang yang berkepribadian baik. Keluarga yang baik hanya dapat diciptakan oleh laki-laki dan perempuan yang telah berhasil menggali kesadaran dirinya. Rahasia sukses dalam hidup berumah tangga lebih tergantung pada kesadaran akan “realitas hidup” ketimbang “hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan”. Orang-orang yang menyadari realitas hidup tidak akan pernah menjadi orang yang gagal. Sementara mereka yang tidak menyadarinya tidak akan pernah sukses di dunia ini.
0 Komentar