Cinta menjadi
bagian dari kebutuhan diri manusia. Seperti yang diungkapkan oleh Abraham Maslow,
Cinta adalah kasih sayang atau rasa keterikatan manusia satu dengan lainnya.
Maslow mengatakan manusia memiliki rasa ingin diterima oleh manusia lainnya
yang diaktualisasikan melalui bertemen, berkeluarga dan berorganisasi.
Makna cinta begitu
dalam. Bukan hanya soal ikatan dua manusia yang berbeda jenis kelamin. Cinta
bisa menjadi sebuah energi yang kuat sehingga menggerakkan manusia menjadi
produktif. Bahkan Rumi pernah berkata bahwa, Cinta bukan hanya sekedar rasa,
cinta adalah energi yang menggerakkan. Lantas, apakah kita sudah cinta dan
mencintai dengan cara yang baik?
Mengenali
Diri Sendiri
Pertanyan dasar
yang yang perlu kita jawab, apakah kita sudah mengenali diri sendiri?.
Pertanyaan ini timbul, bukan tanpa sebab. Di dalam Islam, sering kita dengar “Ibda
binafsik” yang diartikan Mulai lah
dari diri sendiri. Bagaimana mau memulai dari diri sendiri, sedangkan kita tidak mengetahui akan
potensi yang ada pada diri manusia.
Manusia modern
sangat identik dengan fasilitas hidup yang lebih mudah karena ditunjang oleh
kemajuan teknologi yang kian pesat. Semua dapat merasakannya hari ini.
Disinyalir manusia dapat mengaktualisasikan dirinya lebih luas melalui media
sosial yang ada dan dapat berekspresi dengan kreativitasnya. Namun dampak
negatifnya pun tidak bisa di indahkan. Jika tidak bisa mengontrol diri, maka
akan terbawa oleh arus kemajuan teknologi yang dapat mengombang-ambingkan jati
diri.
Hal ini tidak bisa
dielakkan karena berhamburannya informasi yang
setiap orang bisa menjumpainya. Jika tidak dicerna dengan baik, maka akan
dilahap semuanya tanpa memilah mana yang bersifat positif maupun negatif. Ini
menjadi mengkhawatirkan, sebab pada diri manusia ada yang dinamakan proses
modeling (peniruan). Proses pembelajaran yang didapat manusia dari
memperhatikan tingkah laku atau perilaku orang lain disekitar kita.
Serupa
dengan yang diungkapkan oleh tokoh psikologi, Albert Bandura yang mengemukakan
ada 4 proses pembelajaran melalui pendekatan modeling: Pertama Antention yaitu
kita memperhatikan seperti apa perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh orang
yang akan ditiru. Kedua Retention (pengendapan), dilakukan setelah
mengamati perilaku yang akan ditiru dan menyimpan informasi yang didapat dalam
ingatan, serta mengeluarkannya saat diperlukan.
Ketiga Reproduction,
ini menegaskan bahwa kemampuan motorik juga dapat mempengaruhi seseorang
untuk dapat meniru suatu perilaku yang dirasa baik atau hanya sebagiannya.
Keempat Motivation, penguatan ini begitu penting. Karena dapat
menentukan seberapa mampu kita melakukan peniruan tersebut.
Dari yang dipaparkan
diatas, dapat dilihat betapa pentingnya kekuatan dan pengontrolan dalam diri
agar tidak mudah tergoyahkan oleh situasi dan kondisi disekitar kita. Mengingat
banyaknya kasus menyimpang disebabkan oleh informasi-informasi kurang baik yang
diterima oleh kita dan lingkungan sekitarnya, hingga berdampak pada perilaku
negatif yang dilakukan baik disadari maupun tidak.
Memulai
Dari Pikiran
Kebahagiaan dan
penderitaan kita berkembang dari dalam diri. Kekuatan dan kelemahan kita adalah
milik kita sendiri, bukan orang lain. Dan yang bisa mengubahnya adalah diri
kita sendiri. Ini berbanding lurus dengan hukum semesta. Seperti ungkapan “Apa
yang ia tabur, itu juga yang akan ia tuai”.
Hal yang
menarik diungkapkan oleh dr.
Ibrahim Elfiky, yang menjelaskan dampak negatif yang kita lakukan akan kembali
pada diri sendiri. Ketika kita ditawarkan 3 buah makan; makanan restoran,
makanan rumahan dan makanan di tong sampah, hampir semuanya memilih 2 makanan
itu selain dari makanan yang berasal dari tong sampah. Mereka menyadari makanan
kotor tidak baik bagi tubuh dan membuatnya sakit.
Begitupun dengan
pikiran. Pikiran yang baik, didapatkan dari informasi yang positif agar bisa
berdampak baik pada dirinya. Ketika kita menyanyangi diri, mengapa kita biarkan
pikiran negatif itu masuk dan menetap dipikiran kita?. Padahal kita adalah apa
yang kita pikirkan.
James Allen dalam
bukunya As A Man Thinketh mengatakan, tindakan adalah bunga dari
pemikiran, dan kesenangan maupun penderitaan adalah buahnya. Manis atau pahit,
hasil dari penanaman kita sendiri. Kesedihan, penderitaan, keputusasaan dan
ketakutan menjadikan kita lemah karena belenggu yang mengikat pikiran kita
sendiri.
Pilihan yang tepat dan pemikiran yang benar, akan menuju kesempurnaan ilahi dan menjumpai kebahagian tanpa dikuasai oleh pikiran yang membelenggu. Kita adalah penguasa pikiran, pencipa karakter, pembentuk dan pembuat kondisi. Sudah kah kita memulainya?
Oleh: Muh Bakti Setia Gusti
0 Komentar