Laila Nur Nandita
Pergi ke luar negeri tentu menjadi impian bagi semua
orang. Entah itu untuk belajar, bekerja, atau hanya sekadar berlibur saja.
Pemandangan indah dunia luar yang kerap muncul di televisi atau media sosial
tampak asyik dan begitu menggiurkan. Apalagi jika biaya dan akomodasi sudah ada
yang menanggungnya.
Begitulah yang akan dirasakan Laila Nur Nandita. Kader
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Iqbal itu akan berangkat ke Hanoi,
Vietnam, guna melangsungkan program pertukaran pelajar bertema “Intercultural
Leaders Program” pada tanggal 9-14 Agustus 2019 mendatang. Even yang diadakan
Indonesian Young Leaders Expedition (IYLE) ini akan menjadi pengalaman
pertamanya keluar negeri. Pasalnya ia sudah berkali-kali gagal saat mendaftar
dalam even seperti ini.
“Aku udah banyak ikut even tapi ga pernah lolos, baru
kali ini lolos even dan aku sangat bersyukur,” ujar Nandita, sapaan akrabnya.
Mahasisiwi jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas
Ushuluddin dan Humaniora (FUHum) semester delapan itu mengaku, sempat tidak
percaya kalau ia berhasil lolos. Karena Nandita melihat para pendaftar lainnya
yang sudah mempunyai banyak pengalaman dalam kegiatan seperti ini. Bahkan
banyak kalangan entrepreneur dan aktivis organisasi yang ikut
mendaftarkan diri.
“Minder awalnya, karena para pesaingku banyak
yang entrepreneur, banyak juga ketua dan aktivis organisasi besar
yang melalang buana. Dan mereka juga sudah pernah mengikuti even kayak gini,”
katanya, Kamis (30/05/19).
Keberhasilan Nandita tentu tidak bisa lepas dari usaha
dan perjuangan. Ia mencoba memperbanyak bekal dengan memberikan kontrobusi
kepada lingkungannya. Saat ini Nandita tengah fokus menjadi tenaga pengajar
bahasa Inggris di salah satu organisasi intra kampus yang ia geluti, yaitu Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) Ushuluddin Language Commnity (ULC) FUHum. Karena
menurutnya, nilai Test of English as a Foreign Language (TOEFL)
yang tinggi tidaklah cukup untuk mengantarkan seseorang ke luar negeri.
“Nilai TOEFL yang tinggi aja tidak cukup. Aku mencoba
perbanyak bekal. Aku saat ini fokus sebagai tenaga pengajar di ULC. Dan itu
menjadi modal bagiku, karena pas daftar, kan disuruh nulis esai yang berisi
tentang kontribusi untuk lingkungan sekitar kita,” tutur mahasiswi asal
Bojongeoro itu.
Alumni SMAN 2 Bojonegoro itu juga mengatakan bahwa
organisasi menjadi hal yang sangat penting. Selain bergelut di HMI Komisariat
Iqbal dan UKM ULC FUHum, ia juga aktif di Ikatan Mahasiswa Jawa Timur
(Ikajatim). Bahkan ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Ikajatim tahun 2017/2018.
Berawal dari organisasi yang ia geluti itulah Nandita
mendapatkan banyak pengalaman. Mulai dari skill leadership,
manajeman waktu, dan pengembangan bahasa asing.
“Organisasi sangatlah penting. Saya mendapatkan banyak
hal, mulai dari kepemimpinan, manajeman waktu, pengembangan bahasa asing, dan
masih banyak lagi,” katanya.
Peserta terbaik Latihan Kader (LK) II Semarang tahun
2017 itu menyarankan kepada para mahasiswa yang belum tertarik dengan
organisasi untuk ikut berorganisasi. Menurutnya, untuk mengikuti even seperti
yang diadakan IYLE ini juga diperlukan pengalaman organisasi.
“Untuk teman yang belum tertarik, saranku cobalah
ikut. Karena mau ikut program perlu aktif organisasi,” imbuhnya.
Suka Bahasa Inggris Sejak SD
Nandita ternyata sudah akrab dengan bahasa Inggris
sejak duduk di bangku SD. Dara cantik berusia 23 tahun itu mengatakan, di
antara sekian banyak mata pelajaran yang ia pelajari saat SD, bahasa Inggris
adalah mata pelajaran yang paling ia sukai. Hal itu berawal dari gurunya yang
mampu membimbing dan mendukung Nandita dengan baik.
“Suka bahasa sejak SD, aku menemukan guru yang men-support aku.
Beliau baik sama aku,” ujar gadis kelahiran Bojonegoro, 12 Juni 1997 itu.
Metode pembelajaran bahasa Inggris sewaktu SD bagi
Nandita juga asyik. Ia mengatakan bahwa sewaktu SD ia belajar dengan
menggunakan game. Dan ketika menang ia akan mendapatkan hadiah dari
gurunya. Dan itulah yang membuat Nandita memilih bahasa Inggris sebagai mata
pelajaran favorit.
“Dulu waktu SD belajarnya dengan game berbahasa,
terus yang menang dapat hadiah. Bagaimana pun aku suka bahasa inggris,”
katanya, Kamis (30/05/19).
Nandita menganggap bahwa belajar bahasa Inggris
sangatlah penting. Hal itu lantaran bahasa Inggris menjadi bahasa internasional
yang digunakan para investor asing. Menurutnya, kalau kita tidak bisa memahami
bahasa Inggris, kita akan kesulitan dalam berkomunikasi secara global.
“Sangat penting, karena bahasa inggris kan bahasa
internasional yang dipengaruhi investor asing. Kalau tidak bisa mengusai,
minimal harus memahami, kalau tidak ya kita akan susah berkomunikasi,”
pungkasnya.
[Mahfud Al- B.]
|
0 Komentar