Mengalir Darah Aktivis, Kader Komiqbal Ikut Suarakan “Stop Tindakan Represif”





Semarang- Puluhan aktivis mahasiswa yang terhimpun dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Islam Korkom Walisongo menggelar aksi solidaritas “Stop Kriminalisasi Gerakan Aktivis”, Jumat,16 Maret 2019. Aksi tersebut digelar di depan Gedung Mapolda Jawa Tengah.
Aksi ini merupakan bentuk solidaritas dan kesedihan mendalam atas apa yang menimpa saudara sesama aktivis di daerah Cipayung, Balikpapan, Kalimantan Timur, Bima, Kabupaten Konawe. Mereka harus dirawat karena luka- luka akibat tindak represif dan emosional kepolisian, seperti mengejar pelaku, membalas melempar pelaku dan menangkap dengan paksa serta tindakan aniaya lainnya.
Koordinator lapangan Kodrat Alamsyah mengatakan, tujuan aksi tersebut adalah untuk memastikan tidak ada lagi pihak kepolisian yang melakukan tindakan represif kepada aktivis, khususnya di Semarang. Kodrat berharap polisi sebagai aparat negara mampu bertindak secara konstitusional. Polisi harus mampu menjamin keamanan selama proses penyampaian pendapat di muka umum. “Kami berharap tidak ada lagi tindakan- tindakan represif dari pihak kepolisian. Selain itu, keamanan seluruh aktivis ketika menyampaikan pendapat di depan umum dapat terjamin dengan baik”, ungkapnya.
Di sisi lain, semangat para kader dari berbagai komisariat di lingkup HMI Korkom Walisongo mengawali pagi yang cukup cerah tersebut. Satu persatu menampilkan orasi dengan beragam. Orasi yang dimulai oleh Kanda Ismail Lutfi, Ketua Umum HMI Korkom Walisongo Semarang ternyata mampu memantik kader- kader muda untuk ikut serta memaparkan aspirasi yang ada di benak mereka. Aksi ini juga sempat menarik perhatian warga yang melintas di Jalan Pahlawan Kota Semarang.
Pada momen kali ini, Ketua Umum HMI Komisariat Iqbal Kanda Yusuf Abdullah sempat memaparkan orasi yang berdurasi sekitar 5 menit dimana ia menuntut pencabutan status aparat kepolisian yang melakukan tindakan represif kepada para aktivis dari statusnya sebagai Kepolisian Republik Indonesia.
Tak mau kalah, Yunda Atikah Nur Azzah Fauziyyah, Kohati HMI Komisariat Iqbal yang juga menjabat sebagai Wakil Sekretaris Umum Bidang PTKP HMI Komisariat Iqbal turut tampil percaya diri dengan membawakan sebuah puisi. “Katanya sebagai pengayom, katanya sebagai pelindung, dan katanya sebagai pelayan. Dimana fungsi tersebut? Bapak polisi, manakah hak kami sebagai mahasiswa yang harus diperlakukan sebagai manusia. Memanusiakan manusia”, papar Atikah dalam puisinya.
Selain itu, kader- kader HMI Komisariat Iqbal yang lain pun ikut serta meramaikan dengan mendendangkan lagu-lagu perjuangan dengan penuh antusias dan semangat.

Red. Intan En

Posting Komentar

0 Komentar