Waktu Membangun Bangsa


“Peran mahasiswa adalah agen of change, agen of social control, dan iron stock
Kalimat tersebut, doktrin pertama yang diajarkan kepada adek-adek mahasiswa baru oleh senior-senior kampus hingga tenaga pendidik di perguruan tinggi. Doktrin tersebut dijadikan sebuah usaha agar mereka sadar bahwa mereka bukan sebagai siswa lagi, melainkan sebagai mahasiswa, yang jika dii’rob kata tersebut terdiri dari maha dan siswa, seorang siswa yang mencapai tingkat lebih tinggi.
          Maka tak heran, jika banyak mahasiswa serius menaikkan grade kesiswaan mereka dengan asik berdiskusi tentang berbagai permasalahan, baik tentang seluk-beluk kampus, kondisi masyarakat, hingga berbagai kebijakan pemerintahan. Terkadang, itu semua dilakukan hingga mereka lupa waktu. Pada malam hari misalnya, mereka asik berdiskusi hingga fajar tiba. Tentu itu bukanlah sebuah masalah, tetapi jika mereka berdiskusi hingga fajar tiba dan membuat mereka terkapar di pagi hari lalu melupakan kewajiban-kewajiban mereka, itulah sebuah permasalahan.
          Sadar atau tidak, sering kali mereka mendeklarasikan diri mereka sebagai kader umat dan kader bangsa yang akan menggantikan posisi strategis orang-orang yang sedang mengisi pembangunan negeri ini dan berjanji akan membawa negeri ini ke arah yang lebih baik lagi. Tentu saja pembangunan negeri ini dilakukan di saat orang-orang sedang berlomba-lomba dalam mencari rezeki.
          Sewaktu-waktu Mbah penulis bertanya: “Nak, bukankah membangunkan dirimu (sendiri) di pagi hari lebih mudah dari pada membangun sebuah negeri yang baik?”
          Pertanyaan sepele. Namun, tidak mudah dijawab oleh siapa saja yang tidak biasa bangun di pagi hari. Jika berpikir secara jernih, pertanyaan tersebut merupakan kritik terhadap mahasiswa-mahasiswa yang telah dijabarkan di atas.
Meneladani Muhammad
Dalam buku the 100 karya Michael H. Hart pada tahun 1978, dia berpendapat bahwa Muhammad adalah tokoh paling berpengaruh di dunia sebagai penyebar agama islam sekaligus penguasa Arabia.
Di balik kesuksesan Muhammad yang menjadi tokoh berpengaruh no 1, dia memiliki beberapa kunci, tidak tidur di pagi hari salah satunya. Rasulullah SAW juga mendoakan kaumnya yang gemar beraktifitas di pagi hari: “Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.” (HR. Abu Daud no. 2606, Ibnu Majah no. 2236 dan Tirmidzi no. 1212).
Dan Ibnu al-Qayyim berkata dalam kitab Madarijus Salikin bahwa “Di antara hal yang makruh menurut para ulama adalah tidur setelah shalat Shubuh hingga matahari terbit karena waktu tersebut adalah waktu memanen ghonimah (waktu meraih kebaikan yang banyak).”
Sebagai mahasiswa yang selalu dituntut berpikir secara jernih dan objektif, maka perlu adanya intopeksi diri terhadap kegiatan yang selalu dilakukan di malam hari. Apakah hal itu lebih banyak hal bermanfaat atau keburukan? Bahkan ada sebuah pepatah mengatakan, “bangun kesiangan? Rezeki keburu dipatok ayam.”
Tidur di pagi hari juga menyebabkan beberapa resiko kesehatan. Dilansir dalam liputan 6.com, banyak begadang di malam hari dan tidur di pagi hari mengakibatkan berbagai macam penyakit, di antaranya: rawan penyakit kanker darah, penyakit diabetes, penyakit jantung, sakit kepala, dan risiko kematian.
Penulis merekomedasikan untuk tidak begadang di malam hari agar tidak tidur di pagi hari. Begadang boleh saja, tetapi jangan jadikan sebuah kebiasaan dan jika ada perlunya. Senada dengan lagu Rhoma Irama yang berjudul begadang. Jadikanlah malam sebagai istirahatmu dan pagi sebagai waktumu untuk mencari keberkahan, bukan malah sebaliknya.
Allah SWT berfirman:
Dialah yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat padanya dan (menjadikan) siang terang benderang (supaya kamu mencari karunia Allah). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar. (QS. Yunus: 74)
Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha. (QS. al-Furqon: 47)
Allahu a’lam bi al-showab.

Posting Komentar

0 Komentar