Revitalisasi Islam Kultural di Indonesia


Oleh: Almas Fairuza Salsabila*

Semenjak masuk ke Indonesia pada sekitar abad ke-15, agama Islam terus berkembang menyesuaikan zaman. Tokoh penyebar agama Islam yang paling terkenal di Indonesia terutama di tanah Jawa adalah Sembilan Sunan atau yang biasa disebut Walisongo. Mereka memiliki peran yang sangat besar dalam penyebaran Islam di Jawa. Cara mereka dalam menyebarkan agama Islam itulah yang patut dijadikan contoh. Yaitu mengenai bagaimana cara menarik perhatian masyarakat, dan mendapatkan  pengikut tanpa dengan kekerasan.
Mereka menyebarkan agama Islam dengan sistem akulturasi budaya. Karena saat itu mayoritas penduduk di Jawa beragama Hindu dan Budha, maka untuk menarik perhatian masyarakat,  Wali songo mengakulturasi budaya Hindu-Budha dengan agama Islam menjadi budaya baru yang tidak jauh berbeda dengan budaya aslinya. Sunan Kalijaga adalah pelopor sekaligus pelaku dalam tata cara berdakwah dengan sistem akulturasi tersebut. Penyebaran Islam menggunakan akulturasi budaya yang diciptakan sunan Kalijaga diantaranya adalah penciptaan wayang, tembang-tembang Jawa yang sarat filsafat keagamaan, dan lain-lain. Hasilnya tak dapat dipungkiri, banyak masyarakat Jawa yang tertarik dan akhirnya dengan sukarela masuk ke agama Islam.
Bahkan, hasil akulturasi budaya yang diciptakan Sunan Kalijaga dulu masih banyak digunakan oleh masyarakat Jawa sekarang. Meskipun sebenarnya mereka sudah tidak perlu lagi menggunakan tata cara tersebut karena agama Islam sudah masuk ke relung hati mereka sejak mereka lahir, hal ini tetap mereka lakukan. Hasil akulturasi budaya yang masih digunakan masyarakat Jawa diantaranya adalah pembacaan tahlil, mitoni, perayaan empat puluh hari kematian, dan masih banyak lagi.

Baca juga: Seakan Tinggal ”Catatan Sejarah”
Namun, Islam Indonesia sekarang sedang terguncang akibat adanya paham radikalisme dan terorisme yang sedang marak-maraknya. Paham ini marak sekali di kota-kota besar, memungkinkan adanya golongan yang dapat bergerak tanpa diketahui. Hal seperti ini tentu saja bisa mengancam Islam Kultural yang telah mengakar dalam masyarakat Jawa sejak dulu. Islam radikal menginginkan adanya Islam yang hakiki, yang  benar seperti yang diajarkan Rasulullah dulu. Akibat adanya paham radikalisme, kemudian memunculkan adanya tindakan terorisme. Tentulah ini sangat mengganggu kehidupan masyarakat Indonesia karena mengakibatkan adanya tekanan batin dan ketakutan dimana-mana.
Islam memang mengajarkan untuk berjihad, namun tidak pernah mengajarkan untuk melakukan terorisme. Jika prinsip mereka adalah untuk mengembalikan ajaran agama Islam seperti ketika masa Rasulullah, sebenarnya tidak ada masalah. Namun apabila sampai memunculkan tindakan terorisme, maka hal seperti ini harus segera dicegah sebelum semakin menyebar dan menimbulkan banyak kerugian.
Karena itulah, perlu adanya tindakan revitalisasi terhadap islam kultural untuk menangkal paham radikal dan terorisme tersebut. Mengapa Islam kultural?  karena masyarakat Indonsia berbeda dengan masyarakat Arab. Islam kultural adalah Islam yang sesuai dengan budaya masyarakat Jawa, sehingga masyarakat Jawa bisa dengan nyaman menjalankannya. Indonesia terutama Jawa memiliki budayanya sendiri yang tidak boleh ditinggalkan dan telah mendarah daging dalam jiwa seluruh lapisan masyarakat.
Ketika agama Islam berkembang di masa Rasulullah, Islam juga menyesuaikan dengan budaya Arab, sehingga tidak bertentangan dengan paradigma yang sebelumnya telah dianut oleh masyarakat Arab. Misalnya mengenai ibadah kurban. Disana menggunakan unta sebagai hewan yang dikurbankan, sedangkan disini adalah sapi atau kerbau. Maka itu pulalah yang dilakukan oleh Walisongo terutama sunan Kalijaga dalam penyebaran Islam di Jawa, yaitu agar tidak bertentangan jauh dengan paradigma masyarakat Jawa yang saat itu mayoritas beragama Hindu atau Budha.
Sampai sekarangpun penggunaan akulturasi dalam kehidupan beragama masih relavan untuk dilakukan, terutama untuk menangkal paham radikal dan terorisme. Hal seperti ini yang kemudian memunculkan Islam yang bernama Islam Kultural. Islamnya orang Indonesia, yang sesuai dengan paradigma orang Indonesia. Upaya untuk merevitalisasi islam kultural tersebut adalah dengan memperbanyak hubungan antar sesama, dan tidak tertutup dengan kemajuan zaman. Islam kultural bukan berarti tidak menerima tantangan zaman, akan tetapi berjalan berdampingan menyesuaikan zaman, agar tak ketinggalan zaman.
Tidak tertutup alias bersifat terbuka terhadap orang lain maupun golongan adalah cara untuk menerapkan Islam kultural. Karena orang yang radikal akan cenderung bersifat tertutup dan enggan menerima dengan tangan terbuka segala hal dari luar golongan mereka. Hal seperti ini sangatlah tidak sesuai dengan budaya masyarakat Jawa yang memang terkenal karena keramah-tamahannya. Toleransi terhadap umat Islam segolongan maupun beda golongan juga patut dilakukan.
Maka, untuk mengembalikan kembali hakikat masyarakat Jawa dan untuk menangkal paham radikal dan terorisme, marilah untuk tetap menerapkan Islam kultural. Masalah perbedaan organisasi di Indonesia sudahlah menjadi masalah yang telah lalu. Yang harus dihadapi sekarang lebih besar dan lebih penting, adalah menghadapi gerakan radikal dan terorisme.

* Wasekum PPPA HMI Komisariat Iqbal

Sumber: Militan.co

Posting Komentar

0 Komentar