Kita sudah tidak asing dengan kata yang satu ini. Kata ini sudah di serap ke dalam bahasa Indonesia. Kata Umat diambil dari bahasa Arab. Hal ini bisa menandakan beberapa hal yakni bahwa sebelumnya Indonesia belum punya konsepsi tentang apa itu umat atau akibat dari islamisasi di Indonesia atau faktor teologis. Namun, kata ummat dalam Alquran memiliki makan berbeda jika di sandingkan dengan konteks yang berbeda.
Pertama, Ummat diartikan sebagai kelompok atau golongan. Hal ini tertera dalam firman Allah Ta’ala,
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu.” (QS. An-Nahl [16]: 36)
Umat dalam ayat tersebut berarti sekelompok orang atau manusia. Karena nabi diutus kepada manusia membawa kebenaran.
Kedua, Ummat juga diartikan sebagai imam atau pemimpin. Mungkin kita memahami bahwa pemimpin dalam Al-Qur’an sudah ada bahasa arabnya sendiri yakni Umaro. Namun ternyata kata ummat juga bisa berarti pemimpin. Hal itu bisa kita temui dalam firman Allah;
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (QS. An-Nahl [16]: 120)
Nabi Ibrahim dikatakan oleh Allah sebagai ummat. Arti lainnya adalah pemimpin yakni pemimpin bagi kaumnya.
Ketiga, ummat bisa diartikan sebagai agama (Millah). Tentu saja, agama dalam bahasa Arab ada sendiri yakni ad-diin. Namun, dalam konteks tertentu, ummat bisa berarti agama sebagaimana firman Allah;
بَلْ قَالُوا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُهْتَدُونَ
“Bahkan mereka berkata, “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 22)
Menganut sebuah ummat artinya adalah menganut sebuah agama yang diturunkan secara turun temurun.
Di ayat lainnya, jawaban atas ayat sebelumnya mereka juga mengatakan ummat yang arti secara makna yakni agama. Firman Allah;
وَكَذَلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ
“Dan demikianlah, kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata. “Sesungguhnya kami mendapati bapak- bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 23)
Di ayat lain;
إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ
“Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu. Dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.” (QS. Al-Anbiya’ [21]: 92)
Bahkan, imam Jalaluddin dalam kitab tafsir Jalalain mengomentari kata ummat dalam pengertian agama.
{إنَّ هَذِهِ} أَيْ مِلَّة الْإِسْلَام {أُمَّتكُمْ} دِينكُمْ أَيّهَا الْمُخَاطَبُونَ أَيْ يَجِب أَنْ تَكُونُوا عَلَيْهَا
“Sesungguhnya ini” maksudnya adalah “agama Islam”. “Umat kalian” maksudnya adalah “agama kalian”, yaitu orang-orang yang terkena seruan ayat ini, mereka wajib berada di atas agama tersebut.” (Tafsir Jalalain, hal. 430)
Terakhir, ummat bisa berarti waktu atau masa. Kita mengetahui bahwa fiil (kata kerja) itu memiliki komponen masa atau waktu di dalamnya. Berbeda dengan isim (nama benda) ia tak terikat waktu di dalamnya. Namun, kata ummat disini justru berarti waktu/ masa. Hal ini bisa kita dapatkan di dalam firman Allah;
وَقَالَ الَّذِي نَجَا مِنْهُمَا وَادَّكَرَ بَعْدَ أُمَّةٍ أَنَا أُنَبِّئُكُمْ بِتَأْوِيلِهِ فَأَرْسِلُونِ
“Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya, “Aku akan memberitakan kepadamu tentang (orang yang pandai) mena’birkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya).” (QS. Yusuf [12]: 45)
Oleh: Alwi Husein al-Habib, Ketua Umum HMI Korkom Walisongo Semarang 2019-2020 dan Mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir
0 Komentar