Kajian Semantik: Hubungan Iman dan Amal Saleh dalam al-Qur’an


Iman sebagaimana yang kita ketahui adalah komponen terpenting seorang mukmin (orang beriman). Selain iman, kedudukan amal saleh juga sama pentingnya seperti iman. Itulah sebabnya Allah sering menyandingkan kata iman dan amal saleh ini. Keduanya memiliki keterkaitan ibarat dua sisi dari sekeping mata uang yang apabila salah satu diantara keduanya tidak ada maka sama dengan ketiadaan keduanya.


Semantik adalah kajian yang mendalami kosa kata bahasa secara leksikal dan struktural. Dalam kajian linguistik, Semantik digunakan untuk membedah makna kata bahasa. 


Ada banyak tokoh yang mengenalkan mengenai Semantik salah satunya yang paling terkenal adalah ilmuan asal Jepang bernama Toshiko Izutsu. Ia disebut juga sebagai penggagas teori Semantik alquran. 


Pendekatan Semantik yang ditawarkan oleh Toshiko Izutsu merupakan pendekatan baru dalam memahami ayat Alquran. Menurut Fazlurahman, Toshiko Izutsu mencoba memahami Alquran dari sudut pandang yang berbeda yakni bahasa pada masa turunnya ayat Alquran (welstanchauung), karena menurutnya bahasa bisa dipahami oleh penuturnya pada masa itu sendiri. 


Secara umum memang agak berbeda antara kajian Semantik dengan Semantik alquran dalam hal objeknya yakni Alquran yang dianggap sakral oleh umat Islam. 


Adapun langkah langkah kajian Semantik Alquran menurut Toshiko Izutsu antara lain;

1. Mengumpulkan ayat ayat Alquran menjadi satu atau sentral

2. Memberikan makna dasar bahasa yang disesuaikan dengan makna sinkronik dan diakronik

3. Memberikan atau menjabarkan makna relasional

4. Dalam meneliti kosa kata menggunakan tekhnik welstanchauung 

5. Mengungkap relasi pandangan iman dan amal shaleh dalam perspektif semantik


Di dalam al-Qur’an, iman dan amal saleh adalah satu paket atau satu kesatuan yang harusnya tidak terpisahkan. Tapi tidak sama dengan konsep iman yang disampaikan oleh imam al-Ghazali yang mengatakan bahwa iman adalah meyakini dengan hati, mengatakan dengan lisan, dan melakukan dengan perbuatan (amal saleh). Karena term amal saleh sering bersandingan dengan kata iman. Oleh karenanya, didapatkan bahwa ada mahkluk yang beriman kepada Allah namun tidak memiliki amal saleh contohnya iblis dan mahkluk yang memiliki amal saleh tapi tidak beriman contohnya orang-orang kafir.


Imam al-Ghazali memiliki definisi atau konsep mengenai iman. Menurutnya, iman adalah mengakui dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan melakukan dengan anggota badan (mengamalkan). Sepintas definisi tersebut sangatlah dapat diterima dengan akal pikiran. Sebab orang yang beriman tentu memiliki konsekuensi logis untuk mengucapkan keimanannya dan melakukan amal saleh sesuai dengan apa yang Tuhan perintahkan. Namun apabila mengacu pada term yang seringkali muncul dalam al-Qur’an, kata iman dan amal saleh dipisahkan oleh Allah Swt. Seperti dalam surat al-baqarah ayat 25 yang menjelaskan bahwa orang beriman dan beramal saleh tentu balasan baginya di akhirat adalah surge-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.


Maka, apabila salah satu definisi iman diantaranya adalah melakukan dengan anggota badan (amal saleh), cukuplah Allah hanya mengatakan allazina amanu tanpa perlu mengulang wa ‘amilu as-salihati. Dari dua term yang terpisah ini, Allah ingin memberitahukan kepada kita bahwa ada orang yang beriman tapi ia tidak beramal saleh, begitupun sebaliknya.


Kata iman dan perubahannya terulang sebanyak 31 kali di dalam al-Qur’an. Iman artinya adalah percaya baik kepada sesuatu yang sifatnya materialistis maupun supranatural. 


Proses keimanan ditinjau secara diakronik yakni iman bermakna meluruskan akidah dengan mempercayai kekuasaan Allah. Setelah mempercayai adanya kuasa Allah, kemudian Islam menguatkan dengan memberikan janji (kabar gembira) berupa surga. Barulah setelah itu ancaman (neraka) disampaikan agar keimanannya lebih mantap.


Bentuk fi’il madi kata amal yakni ‘amila terulang sebanyak 19 kali dalam al-Qur’an. Sedangkan kata Salaha beserta derefasinya terulang sebanyak 180 kali di dalam al-Qur’an. Amal saleh adalah suatu pekerjaan baik yang dilandaskan dari al-Qur’an dan hadist. Selain itu, amal saleh juga harus didasari keimanan. Jika tidak, bukanlah amal saleh. Amal saleh bisa berarti beribadah atau mengerjakan kebaikan secara sosial kepada masyarakat.


Iman dan amal saleh memiliki kedudukan penting di dalam Islam. Kedua term ini saling berkaitan satu sama lainnya. Jika diibaratkan, iman dan amal saleh bagaikan dua sisi dari sekeping mata uang yang apabila salah satu diantaranya tidak ada, maka sama dengan ketiadaan keduanya.


Term iman dan amal saleh dipisahkan sebab ada contoh kasus di dalam al-Qur’an yang menunjukan ada mahkluk yang beriman kepada Allah tapi tidak beramal saleh, begitupun sebaliknya. Dalam surah al-baqarah dijelaskan bahwa terjadi pembangkangan yang dilakukan oleh iblis terhadap Allah. Iblis enggan untuk bersujud kepada Adam karena merasa dirinya lebih baik dari adam. Sebagian ulama mengatakan bahwa hal itu dilakukan iblis karena saking mentauhidkan Allah hingga ia tak mau sujud kepada Adam. Namun karena ini adalah perintah Allah berupa amal saleh, maka Iblis dikutuk dan diturunkan oleh Allah ke dunia. Ini menandakan ketiadaan amal saleh meskipun beriman.


Kasus yang kedua adalah orang yang beramal saleh namun tidak beriman. Amal saleh yang dimaksud adalah amal saleh berupa kebajikan baik kepada sesame manusia ataupun kepada Allah (beribadah). Namun dalam Islam, amal saleh harus didasari atas keimanan kepada Allah. barulah amal itu dihitung oleh Allah Swt. Orang dengan kasus tersebut di dalam al-Qur’an disebut dengan orang kafir. Mereka beramal tapi karena tidak beriman, amal mereka sia sia (al-A’raaf: 147). Perbuatan amal mereka tidaklah mendapat balasan kecuali panasnya api neraka (al-Maaidah: 72). 


Kata iman dan amal saleh dalam kajian semantik memiliki kedudukan yang sama pentingnya. Kedua hal ini saling mengisi satu sama lain. Iman merupakan konsep percaya kepada Tuhan yakni Allah sedangkan amal saleh merupakan perbuatan baik yang berlandaskan keimanan. Kata amal saleh memiliki pengertian luas tidak hanya beribadah tapi juga menyangkut hidup umat manusia dan alam semesta.



Oleh: Alwi Husein al-Habib
, Ketua Umum HMI Korkom Walisongo Semarang 2019-2020 dan Mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir


Posting Komentar

0 Komentar