Oleh:
Alwi Husein Al-Habib, Departemen Bidang PTKP HMI
Komisariat Iqbal Korkom Walisongo Semarang
Di zaman internetiasi ini, manusia dimanjakan
dengan fasilitas yang nyaman. Akses internet memberikan peluang seluas-luasnya
bagi pengguna untuk menjelajahi dunia dengan sekali “klik”. Begitupun dengan
asupan informasi yang setiap hari berkeliaran di layar HP kita. Hal tersebut
memungkinkan terjadinya pemerkosaan atas keaslian sebuah berita. Karena berita
atau informasi kini dibuat demi keuntungan pribadi dan kelompoknya. Itulah yang
menyebabkan konflik dan menghasilkan keresahan masyarakat. Maka, perlu ada
suatu formula khusus penggenjotan manusia-manusia canggih guna melawan hoax.
Dan orang yang paling realistis dan idealis dalam mengemban amanah tersebut
adalah mahasiswa, terutama mahasiswa semester muda.
Banyak sekali seminar-seminar atau diskusi-diskusi
tentang pemberantasan hoax dalam ranah mahasiswa. Namun tidak
mendapatkan hasil yang signifikan. Dikarenakan yang dikontruksi hanya pemikiran
bahwa hoax itu buruk. Tidak didoktrin benar benar sehingga menjadi
sebuah gerakan pemikiran. Kita semua sepakat kalau hoax itu buruk. Akan
tetapi, alangkah lebih baik apabila kita menghasilkan gerakan argumentasi atau
doktrinisasi tentang hoaxs untuk menjadi problem solver masyarakat.
Gerakan pemikiran tentunya tidak akan berjalan
kalau tidak ada kesadaran pada diri pribadinya. Maka hal dasar yang mesti di
perjuangkan adalah kesadaran. Misalnya, melangkahkan kaki ke forum LK1 (Latihan
Kader 1) adalah sebuah kesadaran pribadi. Baik karena diajak ataupun karena
tertarik berjihad melawan kebathilan terutama hoax.
Apa yang dimaksud dengan Latihan Kader 1? LK1
adalah sebuah forum intelektual dimana pikiran diuji dan diasupi nutrisi
akademisi. Forum ini diadakan secara berkala oleh mahasiswa yang terhimpun
dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) disetiap perguruan tinggi. Guna
menciptakan kader yang kritis, sehat akal, dan mempuanyai rasa tanggung jawab
akan kemajuan bangsa Indonesia.
Lalu apa hubungannya LK1 dengan pemberantasan hoax?
Mahasiswa yang mengikuti LK1 akan diberi pemahaman terkait ilmu pengetahuan.
Diantaranya adalah pengetahuan tentang asal-usul atau filosofi sebuah kata.
Materi tersebut bukanlah tanpa tujuan. Melainkan tujuan utamanya adalah
menciptakan nalar kritis kader agar tidak menelan mentah-mentah apa yang ia
terima. Lalu ia bisa menghubungkan hal tersebut dengan disiplin ilmu lainnya.
Tujuan HMI adalah “Terbinanya insan akademis,
pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam, dan bertanggungjawab atas
terwujudnya masyarakat adil makmur yang di Ridhoi Allah Swt”. HMI
benar-benar menjaga nilai-nilai keislaman dalam berkehidupan. Sehingga apapun
yang dilakukan, selalu berpedoman pada Al quran dan As-Sunnah.
Dalam agama Islam, kita tidak boleh menerima
begitu saja berita yang sampai. Apalagi berkonotasi negatif atau samar. Perlu
ada yang namanya tabayyun (Al-Hujurat/49:6). Proses tabayyun perlu
dilakukan oleh beberapa orang. Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran. Karena
satu dengan yang lain memiliki pandangan yang berbeda-beda. Itulah mengapa Kita
memerlukan sebuah wadah yang memiliki tujuan yang sama yang dinamakan
Organisasi.
Mari kita tinjau dari segi tujuan LK1, yaitu “Terbinanya
kepribadian muslim yang berkualitas akademis, sadar akan fungsi dan peranannya
dalam berorganisasi, serta hak dan kewajibannya sebagai kader umat dan bangsa”.
Dari kalimat tersebut terlahir sebuah paradigma positif. Yang dimaksud
berkualitas akademis adalah Ia peka terhadap permasalahan sosial (dalam hal ini
hoaxs) dan mampu merumuskan solusi yang dibungkus dalam sebuah ide atau
gagasan.
Hak dan kewajiban diartikan sebagai tugas dan
tanggung jawab. Baik sebagai kader umat maupun anak bangsa. Hak kita mendapat
informasi yang benar. Dan kewajiban kita menyadarkan orang lain tentang
buruknya hoax. Sebagai kader umat, tentulah kita dapat memahamkan muslim
dengan berbagai cara diantaranya menjadi jembatan antar dua kelompok yang
selalu bertikai. Dan sebagai anak bangsa, Kita harus memberi yang terbaik dan
manfaat yang dapat dipanen secara terus-menerus.
Setelah mengikuti LK1, maka Ia telah sah menjadi
kader Himpunan Mahasiswa Islam. Kemudian kader yang telah mengemban amanah
pemberantasan hoaxs itu juga tidak diterlantarkan begitu saja, melainkan
diberi ruangan atau forum guna dapat berdiskusi. Seperti halnya trilogi yang
dipakai HMI yaitu diskusi, aksi, dan publikasi.
Kenapa diperlukan diskusi? Inilah hal terpenting
dalam kajian pemberantasan hoaxs. Dalam diskusi terjadi proses tukar
pikiran. Dengan pemahaman atas dasar penelitian. Ketika ada wacana yang masih
abstrak, bisa terlebih dahulu diuji kebenarannya. Baik sumbernya maupun dalang
dibalik semuanya (penulisnya).
Semua organisasi menawarkan idealismenya
masing-masing. Tak terkecuali HMI, organisasi yang produktif menghasilkan kader
yang peduli akan nasib bangsanya. Disamping tugasnya sebagai hamba Tuhan, Ia
juga memiliki tugas sebagai penjaga kerukunan antar umat dan bangsa. HMI dalam
menyikapi hoax, terfokus pada pengkaderan yang baik. Bila mahasiswa
dikader sedemikian rupa sehingga tercipta manusia-manusia canggih, maka akan
muncul sebuah transformasi sosial. Orang tidak akan terlarut lagi dalam pusaran
kebohongan. Jika melihat sebuah berita yang samar dan cenderung memecah belah,
HMI akan memainkan peranannya. Dan kemampuan tersebut akan mahasiswa dapatkan
di Latihan Kader 1 (LK1) Himpunan Mahasiswa Islam. Yakin usaha sampai. Wallahu
A’lamu bi Al-Shawab.
0 Komentar